Memperingati Hari Guru yang jatuh pada tanggal 25 November yang lalu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan telah mengirimkan surat untuk ibu dan bapak guru
melalui sambutan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI pada Peringatan Hari Guru tahun 2014.
Dalam 3 lembar surat yang ditulis, Anies
Baswedan berpesan kepada seluruh guru di Indonesia untuk
menjalankan tugasnya dengan baik, ikhlas dan bersabar. Sebab di pundak ibu dan
bapak guru ada “wajah” masa depan Indonesia. Maka dari itu
teruslah hadir membawa senyum, berbekal kerahiman, songsonglah anak-anak
bangsa Indonesia dengan kasih sayang, serta hadirlah dengan hati dan
sepenuh hati dalam menjalankan tugas yang mulia.
Berikut adalah surat untuk Ibu dan
Bapak Guru Dari Mendikbud, selengkapnya…
Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan
muliakan,
Semoga Ibu dan Bapak Guru dalam keadaan sehat,
bahagia, dan penuh semangat saat surat ini menemui Ibu dan Bapak sekalian.
Seiring dengan peringatan Hari Guru ini, atas nama pemerintah, saya
menyampaikan apresiasi kepada Ibu dan Bapak Guru semua yang telah mengemban
tugas mulia serta mengabdi dengan hati dan sepenuh hati. Izinkan saya dengan
rendah hati menyampaikan rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa bangga atas
pengabdian Ibu dan Bapak sekalian.
Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru
adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat,
memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan
Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan
Indonesia. Mewakili seluruh bangsa hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian
harus mengabdi dengan fasilitas ala kadarnya demi mencerahkan dan membuat masa
depan yang lebih baik untuk anak-anak kita. Saya ingin menggarisbawahi bahwa
persiapan masa depan bangsa dan negara Indonesia ini dititipkan pada Ibu dan
Bapak Guru.
Saya menyadari masih banyak tanggung-jawab
pemerintah pada Guru yang belum ditunaikan dengan tuntas. Kita harus mengakui
bahwa bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya. Guru memiliki
peran yang amat mulia dan amat strategis. Saya percaya bahwa cara kita
memperlakukan guru hari ini adalah cermin cara kita memperlakukan persiapan
masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan
memuliakan guru. Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan
sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua kewajibannya bagi guru.
Pekerjaan rumah pemerintah, di semua level masih banyak, mulai dari masalah
status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
dengan guru harus dituntaskan. Meskipun demikian, dibalik semua permasalahan
yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di pundak Guru, Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, ada wajah masa depan kita. Setiap hari Ibu dan Bapak
Guru menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah
anak-anak bersiap bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan
masa depan.
Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi.
Anak-anak yang menuntut perhatian. Tugas-tugas Guru yang menumpuk. Masih banyak
ruang kelas yang tak memadai, fasilitas belajar yang ala kadarnya, atau suhu
udara yang tidak selalu bersahabat, ibu dan bapak guru yang saya hormati,
teruslah hadir membawa senyum; berbekal kerahiman, songsonglah anak-anak bangsa
ini dengan kasih sayang; hadirlah dengan hati dan sepenuh hati. Kita semua
sadar bahwa pendidikan adalah ikhtiar fundamental dan kunci untuk kita dapat
memajukan bangsa. Potensi besar di Republik ini akan dapat dikembangkan jika
manusianya terkembangkan dan terbangunkan. Kualitas manusia adalah hulunya
kemajuan dan pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam
meningkatkan kualitas manusia. Pada kesempatan ini saya mengajak kita semua
untuk melihat pendidikan bukan semata-mata urusan negara, urusan pemerintah.
Tanpa mengurangi peran negara, karena negara masih harus menyelesaikan
tanggung-jawab yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, saya mengajak
semua warga bangsa Indonesia untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia
yang lebih baik. Ya, secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab
negara, tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang
terdidik.
Saya mengajak semua kalangan, mari terlibat untuk
membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar. Kita
terlibat untuk mendorong kemajuan pendidikan. Untuk itu pula, kepada Guru,
Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan mari kita bukakan pintu lebar-lebar.
Kita mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat,
memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan kita.
Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan,
Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil
dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret
Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona
berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai
kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan.
Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga
Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.
Bayangkan Ibu dan Bapak Guru yang terhormat,
kelak anak-anak kita akan hidup di era baru. Mereka hidup di era yang korupsi
sudah dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman,
dan tidak semata-mata dipandang sebagai persoalan pelanggaran hukum, tetapi
lebih dari itu korupsi menyangkut persoalan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pada suatu saat, ketika anak-anak kita,
murid-murid itu telah dewasa dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak
bisa bertutur, “Saya belajar jujur, dan belajar integritas dari Guru”. Seraya,
nama Ibu/Bapak Guru disebut. Ibu dan Bapak Guru mungkin saja tidak mendengar
langsung ucapan-ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui anak didik yang
meneladani Ibu/Bapak Guru itulah aliran pahala untuk Ibu dan Bapak tidak akan
pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui anak-anak didik yang
menjadi manusia berkarakter mulia, yang menjalani hidup dengan kejujuran dan
berintegritas.
Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui
lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan
Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh
murid-murid dan lingkungannya.
Akhirnya, kepada seluruh Guru, Pendidik dan
Tenaga Kependidikan, saya sampaikan apresiasi. Sekali lagi, atas nama
pemerintah, saya sampaikan terima kasih. Ikhtiar mulia ini harus kita teruskan.
Suatu saat kelak, Ibu dan Bapak Guru dapat melakukan refleksi atas apa yang
sudah dijalani sambil bersyukur bahwa di saat Indonesia sedang mengubah
wajahnya menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih
kreatif, dan lebih cerah, Ibu dan Bapak Guru memegang peran penting. Kelak Ibu
dan Bapak dapat berkata, “Saya disana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut
mendidik generasi lebih baik. Saya ikut melahirkan generasi baru dan ikut
berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan.”
Selamat meneruskan pengabdian mulia, selamat
menginspirasi, dan Selamat Hari Guru.
Salam hangat,
Anies Baswedan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar